Sekolah angker
Gue Alfarel Moka Aidan, gue biasa dipanggil Aidan, gue menduduki jenjang SMP kelas 3. Gue pindah sekolah ke SMP Merpati putih, karna bokap gue kerja di kota itu, ya gue juga ikut pindah lah.
Dihari pertama kali gue sekolah ya biasa-biasa aja, tapi beberapa hari kemudian gue ngerasa ada yang aneh, aneh nya itu makin lama ini sekolah kaya angker gitu.
Jadi angker-nya ini sekolah berawalan dari gue ke kantin, waktu gue jalan ke kantin bareng temen gue namanya Varo, diperjalanan itu gue ketemu sama bocil gitu yang lari-larian, terus gue mikir ini SMP masa ada bocil, terus gue tanya tuh ke Rayyan.
"Var lo ada ngelihat bocil yang lewat tadi ga?," ucap gue,
"Bocil?, perasaan ga ada," ucap Varo,
"Is itu loh ada lewat tadi," ucap gue ke Varo sambil ga percaya,
"Hmm, jadi bukan gue sendiri yang ngeliat, lo juga ya Dan" ucap Varo,
"Maksud lo?, lo juga ngeliat kan?," ucap gue sambil bertanya-tanya,
"Ya gue ngeliat dan, tapi lo tau ga sih yang sebenarnya terjadi, gue juga ga tau sih, tapi gue ngira gitu," ucap Varo ingin mengatakan sesuatu,
"Maksud lo gimana Var," ucap gue ingin tahu sesuatu,
"Gue ngerasa ini sekolah kayanya angker, soal banyak banget kejadian angker yang gue rasain," ucap Varo serius,
"Jadi ni sekolah angker maksud lo, tapi gue juga ngerasa ini sekolah beda banget aura-nya angker gitu," ucap gue serius,
"Iya dan, gue juga ngerasain hal yang sama," ucap Varo begitu serius,
"Apa jangan-jangan ini skolah sebelum-nya ada kejadian aneh Var?," ucap gue mikir kaya gitu sekaligus bertanya,
"Gue gatau, tapi menurut gue kaya-nya sih iya," ucap gue tidak mengetahui,
"Yaudah lah, ga usah dibahas," ucap Varo mengakhiri percakapan.
Sesampai-nya dikantin, Varo langsung buru-buru ambil tempat duduk, ya gitu deh si Varo suka makan, tapi dia ga gendut karena dia juga rutin olahraga kali hahaha. Varo sama gue langsung mesen apa yang gue mau makan sama Varo setelah itu gue pun makan bareng sama Varo, waktu pun berlalu, gue dan Varo selesai makan dari kantin, langsung menuju kelas. Selama diperjalanan bulu kuduk gue merinding banget, kaya-nya bakal ada yang terjadi deh.
"Aidan," ucap varo,
"Eh iya?, apa Var?," ucap gue merasa ada yang aneh,
"Lihat tuh," ucap Varo nyuruh gue buat ngeliat ke-tempat yang dia tunjuk,
"Astaga, i-itu anak kecil tadi kan?, ko bisa disini?," ucap gue terkejut,
"Ga tau, tapi tu bocil kaya nya, minta kita ikutin dia deh, yuk kita ikutin," ucap Varo mengikuti anak kecil itu,
"Eh tunggu!," ucap gue mengejar Varo.
Gue dan Varo-pun mengikuti anak kecil itu, entah kemana dia pergi, kita tetap mengikuti anak kecil itu, sesampainya di parkiran bawah sekolah, dan si anak kecil itu berhenti di dekat dinding, lalu menunjuk dinding yang masih bagus. Ya gue sama Varo ga ngerti apa maksud-nya, tapi gue mikir apa jangan-jangan ada sesuatu di dalam dinding itu, gue pun tanpa pikir panjang mencari benda keras, dan gue nemuin batu, gue-pun bawa batu itu ke tempat tadi, dan ngehancurin dinding itu.
Dan tidak disangka bahwa ada kain putih yang berdarah kering, dan berbau bangkai busuk, gue pun sadar bahwa mungkin itu jasad si anak, gue pun nyuruh Varo buat cari bantuan, ngeluarin jasad si anak, dan akhirnya Varo kembali dengan banyak orang, kami pun mengeluarkan jasad itu, dan kami menguburkan jasad itu, selayak nya kuburan.
Saat itu juga anak kecil itu berterima kasih ke gue dan Varo, dan menghilang entah kemana, gue bersyukur jasad si anak itu dikuburkan selayaknya orang meninggal yang dikubur dengan baik. Dan ternyata si anak adalah anak yang dibunuh oleh ayah-nya, dan sekarang sang pelaku telah ditangkap dan masuk penjara seumur hidup-nya. Begitulah cerita dari gue, itu kisah pertama dan terakhir gue nemuin jasad tak menentu.
Tamat
Komentar
Posting Komentar